Rabu, 26 Oktober 2016

Khutbah Jumat Lengkap dengan Judul Tobat




Tobat Sebagai Jalan Menuju Kesuksesan


Dalam sebuah riwayat Rasulullah Saw pernah didatangi malaikat, yang kemudian membedah dada beliau, untuk disucikan lalu disi dengan sifat-sifat mulia. Peristiwa itu tidak hanya terjadi sekali, namun sampai tiga kali. Yaitu  sewaktu beliau berusaia 4 tahun, saat beliau berusia 10 tahun, dan saat beliau berusaia 50 tahun.  Dalam literatur sejarah Islam peritiwa itu dikenal dengan syakku sahdri ( pembedahan dada Rasulullah). 

Dalam perjalanan hidup menuju kesempurnaan dan kebahgaiaan selalu dimulai dengan mensucikan jiwa. Jika Rasulullah sendiri diperlukan pembedahan seperti itu, maka, bagi kita umatnya yang dapat kita lakukan melalui sebenar-benarnya taubat (taubatan nasuha).
Taubat ini sangat esensial terkait dengan perjalanan hidup kita kemudian. Bahkan, para nabi pun memerlukan diri untuk bertaubat sebelum melangkah memulai perjalanan sucinya. Ketika kali pertama  Nabi Adam menginjakkan di muka bumi,  yang ia lakukan adalah bertaubat. 

Kalimat yang sering kita dengar:  Rabbana dhalamna anfusana waillam taghfir lana watarhamna lanakunanna minal khasirin. (Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menganiaya diri kami, jika Engkau  mengampuni kami dan merahmati kami niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi).Setelah pertaubatan itu, melangkahlah Nabi Adam yang kemudian memakmurkan bumi ini secara berkelanjutan. 

Nabi Musa yang dikenal gagah perkasa itu bertaubat dengan meminta ampun setelah memohon agar Allah Swt memeprlihatkan zat-Nya untuk memperkuat iman Musa. Saat Allah hanya memperlihatkan cahaya-Nya, melelehlah bukit, dan Musa yang perkasa itu pingsan. Permintaan agar Allah memperlihatkan diri itu akhirnya ia sesali, dan memohon ampunlah Musa kepada Allah. Subhanaka tubtu ilaika wana awwalul mukminin. (Maha suci Engkau, aku bertaubat kembali kepada-Mu, dan aku menyatakan orang pertama yang beriman).  Musa bertaubat.

Dalam taubat terkandung ketulusan, keikhlasan, pengakuan akan keagungan Allah. Sikap inilah yang mendatangkan pertolongan dan bimbingan (inayah wa ri’ayah) dari Allah. Saat seorang hamba berusaha melepaskan diri dari pengaruh setan dalam dirinya, dalam bentuk keinginan kuat untuk bersimpuh di hadapan Allah, maka pada saat yang sama pertolongan Allah datang padanya.

Bimbingan dan dekapan Allah akan langsung ia peroleh. Istagfiru rabbakum innahu kana ghaffara. (Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu sesungguhnya daia maha pengampun.) Semakin ia dekat dan cinta kepada Allah, pertolongan dan bimbingan-Nya akan semakin banyak ia raih.  Dalam sebuah hadis qudsi dinyatakan, “Siapa yang mendekat kepad-Ku satu jengkal, Aku akan mendekatinya satu hasta,  siapa yang mendekatik-Ku satu hasta, Aku akan mendekatinya lebih cepat dari itu. Dan jika dia mendekat kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari.”

Oleh karena itu, meski Rasulullah manusia ma’shum, yang terhindar dari segala bentuk dosa dan kesalahan, toh beliau senantiasa mengatakan, “Aku adalah nabi yang suka bertaubat.”  Bahkan dalam satu riwayat, dalam setiap hari beliau bertaubat lebih dari tujuh puluh kali. Dalam riwayat lain, lebih dari seratus kali.  Tentu taubat yang dilakukan Nabi bukan untuk tujuan pengampuanan dosa, sebagimana taubatnya orang awam, namun bentuk taqarrub kepada Allah swt. Bentuk syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah.


Saat para sahabat bertanya perihal mengapa Nabi yang sudah ma’shum namun masih selalu memohon ampun, selalu shalat malam, jawab Nabi adalah: “Apa saya tidak ingin menjadi hamba yang selalu bersyukur kepada-Nya.”

Selain berfungsi sebagai memohon ampunan, bertaubat mendatangkan ekonomi (addu’aul iqtishad). Perhatikan firman Allah dalam surat Nuh ayat 10-12, “Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, esungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”

Taubat sejati menjadi sebab tumbuhnya iman dan ketakwaan di dalam hati, dan menjadi jalan datangnya cahaya ilmu dari sisi Allah.  Keimanan dan ketakwaan berkorelasi erat dengan kebahagiaan hidup. Baik yang bersifat materi maupun yang bersifat maknawi. Allah berfirman, “Jika sebuah penduduk negeri berriman dan bertakwa, maka akan aku bukakan keberkahan dalam hidup. Iman dan ketakwaan akan mendatangkan kesejahtrean dalam hidup.”

Kehancuran sebuah bangsa kerap dimulai dari kesewenang-wenangan segelintir orang, yang berkuasa  di negeri itu. Ketika Allah ingin menghancurkan sebiah negeri, maka Dia perintahkan orang yang hidup mewah di negeri itu untuk melakukan kedurhakaan, lalu Allah binasakan semua mereka.

Oleh karena itu, jangan tunda untuk bertaubat selagi kita diberi kesempatan. Sebelum segalanya berlalu, dan pertaubatan kita menjadi sia-sia belaka.  Wallau a’lam.

Related Posts

Khutbah Jumat Lengkap dengan Judul Tobat
4/ 5
Oleh

Saya Ingin Berlangganan

Mau dapat up date terbaru teks khutbah Jumat? Silakan berlangganan via email.